Isi Artikel Utama

Abstrak

Program pengabdian ini dilatarbelakangi dengan tingginya prevalensi permasalahan stunting di Desa Pataruman, Kecamatan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat. Rendahnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya asupan gizi seimbang menjadi salah satu faktor penyebab. Melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Muhammadiyah Bandung, dilakukan penyuluhan dan demonstrasi inovasi pangan berupa bolu kukus bayam sebagai alternatif menu Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di posyandu. Kegiatan dilaksanakan pada Agustus 2025 dengan melibatkan kader Pembinaan Kesejahteraan Keluarga dan ibu yang memiliki anak usia dini. Bayam dipilih karena merupakan salah satu tanaman yang ditanam di Kebun Gizi desa Pataruman. Bayam memiliki kandungan vitamin, mineral, zat besi, dan asam folat yang bermanfaat untuk tumbuh kembang anak serta pencegahan anemia. Hasil uji organoleptik terhadap tiga formula menunjukkan perbedaan terbaik pada warna, rasa, aroma, dan tekstur, dengan formula bayam 66,6%, tepung terigu 60%, gula 52%, santan 100%, mentega 37,5%, telur 15%, pengembang kue 17,64%, baking soda 8,81%, garam 1%, vanili 100%, dan air 100%. Inovasi ini terbukti dapat diterima masyarakat sebagai variasi PMT sekaligus mendukung program pencegahan stunting. Selain meningkatkan kesadaran gizi, kegiatan ini juga berpotensi memperkuat ketahanan pangan lokal dan membuka peluang pemberdayaan masyarakat berbasis hasil pertanian desa.

Kata Kunci

Bolu Kukus Bayam Gizi Anak Inovasi Pangan Lokal Stunting

Rincian Artikel

Cara Mengutip
Lismarina, L., Yusuf Firdaus, M., Salsabila, R., Suprawijaya, D. A., Zein, Z. A., Wiguna, A. A., … Fadhilah, M. A. (2025). Pendampingan Pemanfaatan Pangan Lokal Berbasis Bayam (Amaranthus SPP) dalam Produk Bolu Kukus untuk Pencegahan Stunting di Desa Pataruman Kabupaten Bandung Barat. Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 9(4), 527–539. https://doi.org/10.30651/aks.v9i4.28201

Referensi

  1. Badan Pusat Statistik. (2024). Statistik produksi bayam di Indonesia. Badan Pusat Statistik.
  2. Bobihu, D. A. H., Abdun, F., Ramadani, H., Pamolango, J. A., Pamolango, P., Nurfaiqa, N., Lamasatu, P. A. S. N., Salmin, S., Ayu, S. S., & Huraera, W. R. (2023). Pelatihan Pembuatan Makanan Tambahan Anak Balita Berbasis Pangan Lokal Daun Kelor (Moringa Oleifera) di Desa Daenggune, Kecamatan Kinovaro, Kabupaten Sigi. JPKMI (Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Indonesia), 4(2), 126–134.
  3. Smith, J. P., & Lee, K. (2021). Amaranthus (amaranth, bayam). In G. J. H. Grubben (Ed.), Tropical vegetables and their genetic resources (pp. xx–xx). Rome: International Board for Plant Genetic Resources.
  4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2024). Situasi balita pendek (stunting) di Indonesia. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, Semester I. Kementerian Kesehatan RI.
  5. Kementerian Sekretaris Negara Republik Indonesia. (2025). Prevalensi stunting di Indonesia tahun 2025. Kementerian Sekretaris Negara RI.
  6. Masitoh, S. (2022). Analisis kandungan gizi telur ayam ras di pasar tradisional (Skripsi, Universitas Negeri Yogyakarta). Repositori Universitas Negeri Yogyakarta.
  7. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2022). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/51/2022 tentang Standar Alat Antropometri dan Alat Deteksi Dini Perkembangan Anak. Jakarta: Kemenkes RI.
  8. Ningsih, W., Rahmawati, A., & Putra, D. (2018). Pola asuh orang tua terhadap perkembangan anak usia dini. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 12(2), 115–124.
  9. Nugroho, M. R., Sasongko, R. N., & Kristiawan, M. (2021). Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian stunting pada anak usia dini di Indonesia. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(2), 2269–2276.
  10. Ochola, S. (2018). Food diversity and its role in nutritional adequacy. Journal of Nutrition and Food Sciences, 9(2), 123–130.
  11. Pemerintah Kabupaten Bandung Barat. (2025). Laporan prevalensi stunting Kabupaten Bandung Barat tahun 2025. Pemerintah Kabupaten Bandung Barat.
  12. Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian Teknologi Hasil Pertanian (SNPP-THP), vol. 2(1), hlm. 127-132.
  13. Puspita, A. E., Budi, C., & Sari, D. (2023). Mengenal kandungan gizi bayam merah untuk pencegahan anemia. Jurnal Gizi Indonesia, 10(2), 123–130.
  14. Putri & Zubaedah. (2017). Pati: Modifikasi dan Karakteristiknya. Malang : UB Press
  15. Rahayu LS, 2011.Associated of Health of Parents with changes of Stunting from 6-12 months to 3-4 years (Tesis): Yogyakarta, Universitas Gajah Mada.
  16. Sela Novita, Eva Murlida, dan Murna Muzaifa (2022). Karakteristik Fisikokimia dan Sensori Bolu Kukus dengan Penambahan Ekstrak Bayam (Physicochemical and Sensory Characteristics of Steamed Sponge with Addition of Spinach Extract).
  17. Setiaarwati, A. (2024). Pemberian Asupan Gizi Seimbang terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Dini. Diksi: Jurnal Pendidikan dan Literasi. DOI :
  18. Setyawan, A., Nurhayati, N., & Rahmawati, D. (2018). Pengaruh pendidikan ibu terhadap status gizi balita di Kabupaten X. Jurnal Gizi dan Kesehatan Indonesia, 10(2), 115–123.
  19. Sinaga, E. S., Rasyid, I. A., Mubarok, M. R., Sudharma, N. I., & Nolia, H. (2023). Pemantauan konsumsi pemberian makanan tambahan (PMT) dalam meningkatkan berat badan balita dengan masalah gizi. ABDI MOESTOPO: Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat, 6(1).
  20. Snesa. (2010). Peran vitamin C dalam menjaga kesehatan tubuh. Jurnal Gizi dan Kesehatan, 5(2), 45–52.
  21. Suhanda, A., Putri, R., & Hidayat, M. (2022). Tujuan pemberian makanan tambahan dalam upaya pencegahan stunting pada balita. Jurnal Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 14(2), 123–132.
  22. Taufiqurrahman, Hadi H, Julia M, Herman S, (2009). Defisiensi Vitamin A Dan Zinc Sebagai Faktor Risiko Terjadinya Stunting Pada Balita Di Nusa Tenggara Barat, Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 29 : 2.
  23. Wati, N. (2015). Amilopektin dan peranannya dalam pangan. Jakarta: Penerbit Andi.

Artikel Serupa

<< < 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 > >> 

Anda juga bisa Mulai pencarian similarity tingkat lanjut untuk artikel ini.