Isi Artikel Utama

Abstrak

 

Seksualitas merupakan salah satu resiko yang sering dihadapi oleh remaja. Perubahan gaya pacaran remaja yang lebih permisif terhadap seks seperti lebih suka menunjukkan rasa kasih sayang terhadap pasangannya, tidak hanya sebatas mengobrol saja namun lebih cenderung mengarah pada pergaulan bebas. Hal tersebut dapat memunculkan penyimpangan reproduksi, seperti seks pranikah, aborsi, dan HIV/AIDS. Namun untuk mencegah terjadinya penyimpangan seksual pada remaja, diperlukan upaya pemberian informasi yang benar pada remaja, Saat menghadapi kehidupan reproduksi remaja lebih banyak memilih teman sebagai sumber informasi. Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk membentuk dan meningkatkan pengetahuan remaja peer educator. Metode yang digunakan yaitu bina suasana. Adapun kegiatan pengabdian meliputi 1) pengisian kuesioner, 2) Penyuluhan kesehatan terkait pencegahan perilaku seksual beresiko, 3) pelatihan sebagai peer educator dan melakukan role play, 4) melakukan focus group discussion (FGD) dengan pembahasan masalah yang sering terjadi pada remaja tentang perilaku seksual beresiko, 4) melakukan simulasi kepada teman sebaya. Hasil yang diperoleh adalah semakin meningkat pengetahuan peserta peserta, memahami mekanisme menjadi peer educator dan mampu mempraktekkan menjadi peer educator bagi teman sebayanya terkait pencegahan perilaku seksual beresiko.

Kata kunci: peer educator; perilaku seksual beresiko; remaja

Empowering Students as Peer Educators to Prevent Risky Sexual Behavior at Public Vocational School 28 Tangerang Regency 

ABSTRACT

Sexuality is one of the risks often faced by adolescents. The dating habits of adolescents who are more focused on sexual behavior are more likely to express affection towards their partner and are more inclined towards free association behavior. There can lead to reproductive abnormalities, such as premarital sex, abortion, and HIV/AIDS. However, to prevent sexual misconduct in adolescents, it is necessary to provide the correct information in adolescents. The more preferred source of information in dealing with reproductive life is peers.There service activity aims to form and increase the knowledge of peer educators. The method used is atmosphere building. The service activities include 1) filling out a questionnaire, 2) health counseling related to the prevention of risky sexual behavior, 3) training as a peer educator and doing role play, 4) conducting focus group discussions (FGD) by discussing problems that often occur in adolescents about sexual behavior. at risk, 4) conducted simulations to peers. The results obtained are that the participants' knowledge increases, understand the mechanism of being a peer educator, and are can practice being a peer educator for their peers regarding the prevention of risky sexual behavior.

 

Keywords: adolescent; peer educator; risky sexual behavior

Kata Kunci

peer educator perilaku seksual beresiko remaja

Rincian Artikel

Biografi Penulis

Bela Novita Amaris Susanto, STIKES YATSI Tangerang

Dosen Keperawatan

Referensi

  1. Ardila, A., Ridha, A., Jauhari, A. H., & Kunci, K. (2014). Efektifitas metode diskusi kelompok dan metode ceramah terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap remaja tentang perilaku seks pranikah. Jurnal Mahasiswa Dan Peneliti Kesehatan - JuMantik, 22, 76–91.
  2. Ayu, I.M., et al. (2020). Program Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja di SMK “X†Tangerang Raya. Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM), vol 3 no 1, hal 87-95
  3. BKKBN. (2018)). Survei demografi dan kesehatan Indonesia tahun 2018. Jakarta
  4. DP3KB Kabupaten Brebes. (2018). Materi Triad KKR. Materi Triad KRR, 3.
  5. Ghani, S. A., Abdullah, S., Akil, S. M. S., & Nordin, N. (2014). Moral Values and Coping Strategies among Female Adolescents Involved in Premarital Sex. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 114, 617–621. https://doi.org/10.1016/J.SBSPRO.2013.12.756
  6. Istiqomah, N., & Notobroto, H. B. (2017). Pengaruh Pengetahuan, Kontrol Diri terhadap Perilaku Seksual Pranikah di Kalangan Remaja SMK di Surabaya. Jurnal Biometrika Dan Kependudukan, 5(2), 125. https://doi.org/10.20473/jbk.v5i2.2016.125-134
  7. Kholifah, S. N., Yumni, H., Minarti, & Susanto, T. (2017). Structural model of factors relating to the health promotion behavior of reproductive health among Indonesian adolescents. International Journal of Nursing Sciences, 4(4), 367–373. https://doi.org/10.1016/J.IJNSS.2017.10.001
  8. Mahmudah, M., Yaunin, Y., & Lestari, Y. (2016). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Seksual Remaja di Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 5(2), 448–455. https://doi.org/10.25077/jka.v5i2.538
  9. Marlita, L. (2017). Pengaruh Peer Education Terhadap Perilaku Seksual Remaja di SMAK Abdurrab Kota Pekanbaru Provinsi Riau. Jurnal Keperawatan Abdurrab, 1(1), 71–81.
  10. Purwatiningsih, S., Furi, S.N.Y. (2010). Permisivitas Remaja dan Peran Sosial dalamPerilaku Seksual di Indonesia dalam Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar kerja sama Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM.
  11. Rahma, M. (2018). Hubungan antara Pengetahuan Seksualitas dengan Perilaku Seksual Remaja di SMA Negeri 1 Subang. Jurnal Bidan “Midwife Joirnalâ€, vol 5 no 1
  12. Susanti, S., Rosjidi, C. H., & Verawati, M. (2019). Pemberdayaan Siswa Sebagai Peer Educator Kesehatan Reproduksi Remaja. Adimas : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 3(2), 43. https://doi.org/10.24269/adi.v3i2.1867United Nations Office on Drug and Crime (UNODC). (2012). World Drug Report. United Nations publication, Sales No. E.12.XI.1
  13. Susanto, BNA. (2019). Determinan Perilaku Seksual Berisiko pada Remaja Pra-Nikah di Kabupaten Boyolali dengan Pendekatan Teori Sosial Kognitif. Pascasarjana Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat. Universitas Sebelas Maret. Surakarta