Isi Artikel Utama

Abstrak

Produktivitas ternak sapi pada peternakan rakyat masih sangat rendah, salah satunya disebabkan oleh penyakit parasiter terutama parasit cacing. Hal ini perlu penanganan yang serius khususnya di Provinsi Papua Barat, mengingat kondisi geografis dan sarana prasarana termasuk transportasi serta fasilitas yang belum memadai sehingga mengakibatkan penyediaan obat sintetik untuk penanganan masalah tersebut membutuhkan biaya yang relatif lebih mahal dibandingkan daerah lain. Ditambah lagi sistem peternakan yang diterapkan oleh sebagian besar peternak masih tradisional, sehingga merupakan peluang besar bagi parasit untuk menyebar dan berkembang biak. Sistem pemeliharaan dengan penerapan manajemen kesehatan sangat penting untuk diperhatikan guna mengurangi penyebaran penyakit cacingan pada ternak. Tujuan dari kegiatan ini untuk meningkatkan kemampuan peternak dalam hal sistem pemeliharaan dengan penerapan manajemen kesehatan, serta aplikasi teknologi sederhana dengan memanfaatkan tanaman lokal biji buah pinang sebagai obat cacing herbal. Kegiatan ini dilakukan dengan cara penyuluhan dan pelatihan praktik langsung. Peternak sangat antusias mengikuti kegiatan ini dan mulai memahami tentang penyakit yang biasa menyerang ternak sapi serta cara pencegahannya. Hasil kegiatan ini dapat meningkatkan pengetahuan peternak tentang penyakit ternak, bagaimana cara memeriksa ternak secara makro, penerapan manajemen kesehatan yang baik dan sistem pemeliharaan yang benar. Peternak mampu memproduksi sendiri obat cacing herbal yang berasal dari tanaman lokal.

Kata Kunci

Biji Buah Pinang Infeksi Parasit Obat Cacing Herbal Sapi

Rincian Artikel

Referensi

  1. Deptan. 2001. Beberapa Penyakit pada Ternak Ruminansia: Pencegahan dan Pengobatannya. BPTP, Mataram.
  2. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Papua Barat. 2008. Laporan Tahunan. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan provinsi Papua Barat.
  3. Dinas Pertanian Provinsi Papua Barat. 2011. Profil Dinas Pertanian Tahun 2011. Dinas Pertanian Provinsi Papua Barat.
  4. Heath, S. E., and Harris, J. R. 2003. Common Internal Parasite of Goat in Florida. University
  5. of Florida. CIR1023. IFAS Extension.
  6. Kaplan, R. M. 2001. Fasciola hepatica: a review of the economic impact in cattle and consideration for control. Vet. Therapeutics. 2 (1): 1 -11.
  7. Palmarudi, M., Hastang, A., Aslina, and Syahriadi, K. 2015. Collaboration Problem among Cattle Farners and Traders in Bali Cattle Supply Chain: How to Improve Cattle Farmers Income Middle-East. Journal Scientific Research. (2): 231-238.
  8. Purwaningsih. 2014. Pemeriksaan Daging Hewan Kurban. Laporan Pengabdian pada Masyarakat. Program Studi D3 Kesehatan Hewan. Fakultas Peternakan Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Negeri Papua. Manokwari. Papua Barat.
  9. Purwaningsih, Sambodo, P., Noviyanti, and Baaka, A. 2016. Prevalence of trematodes infection in sacrificial cattle in some mosques Manokwari regency West Papua province Indonesia. Proceeding The 3rd Animal Production International Seminar and The 3rd ASEAN Regional Conference on Animal Production (3rd APIS and 3rd ARCAP). October 19 – 21, 2016. Batu, Malang, Jawa Timur.
  10. Urquhart, G. M., Duncan, J. L, Dunn A. M., and Jenings, F. M. 1996. Veterinary Parasitology, 2nd ed. Blackwell Ltd. London, UK. pp. 229-301.
  11. Vitahealth. 2004. Seluk Beluk Food Supplement. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.