Isi Artikel Utama

Abstrak

Desa Wakah mempunyai komoditas utama ketela pohon/singkong dan hasil pertanian hortikultura. Di Desa Wakah terdapat UMKM “Gethuk Anyar†yang memproduksi gethuk singkong dalam skala besar, yang menghasilkan limbah kulit singkong rata-rata 80 kg per hari. Limbah kulit singkong belum banyak dimanfaatkan secara optimal sehingga menimbulkan bau busuk, penumpukan sampah, dan lingkungan yang tidak bersih. Tim pengabdian masyarakat akan melakukan pelatihan pemanfaatan limbah singkong menjadi produk berupa pupuk kompos, pupuk organik cair dan pakan fermentasi. Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Maret dan April 2020 dengan peserta sebanyak 30 orang dari karang taruna desa Wakah. Kegiatan dilaksanakan dengan pemberian materi, diskusi dan praktik langsung dengan pendekatan partisipatif. Hasil dari kegiatan ini adalah karang taruna Desa Wakah mampu memanfaatkan limbah  kulit  singkong  menjadi  produk  pendukung agrikultura berupa pupuk kompos, pupuk organik cair, pakan fermentasi. Tingkat pemahaman serta skill karang taruna Desa Wakah dalam mengolah limbah kulit singkong menjadi produk pendukung agrikultura sebanyak 85% dan menenuhi target penelitian. Masyarakat juga berkomitmen untuk mengembangkan produk secara mandiri. Sinergisitas antara masyarakat, pemerintah dan dunia industri diharapkan mampu meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam mengolah limbah kulit singkong menjadi produk yang bermanfaat

Kata Kunci: fermentasi, kulit singkong, pupuk organik.

 

Wakah Village Community Empowerment Through Utilization of Cassava Peel Waste (Manihot esculenta)

ABSTRACT

Desa Wakah has cassava and several horticultural products as its main commodity. There is a homemade production "Gethuk Anyar" which produces “Gethuk Singkongâ€, a kind of traditional foods, on a large scale. As the consequences, this production brings cassava peel waste approximately up to 80 kg per day. This waste has not been used optimally, thus it causes foul odors, garbage buildup, and a polluted environment as well. Based on that problem, the researchers conduct some training programs on the utilization of cassava peel waste into several products namely: compost, liquid organic fertilizer, and fermented food for animal. This activity was carried out between March and April 2020 with 30 participants from the Karang Taruna (youth) group. Those programs consist of providing materials, facilitating discussions, and conducting workshops with a participatory approach. The result of the programs shows that Wakah community was able to utilize cassava peel waste into three agricultural supporting products; those are: compost, liquid organic fertilizer, animal fermented food. In addition, the value of participants’ understanding and skill in processing the waste was up to 85% and it meets the standard research target. Moreover, the community is also committed to develop products independently. The synergy between Wakah community, the local government and the industry workplace is expected to increase community empowerment activities in processing cassava peel waste into some useful products.

Key Words: fermentation, cassava peel, organic fertilizer.


Kata Kunci

fermentasi kulit singkong pupuk organik.

Rincian Artikel

Biografi Penulis

Wachidatul Linda Yuhanna, Universitas PGRI Madiun

Pendidikan Biologi/FKIP

Agita Risma Nurhikmawati, Universitas PGRI Madiun

Pendidikan Bahasa Inggris/PBI

Pujiati Pujiati

Pendidikan Biologi/FKIP

Nurul Kusuma Dewi, Universitas PGRI Madiun

Pendidikan Biologi/FKIP

Referensi

  1. Akhadiarto, S. (2009). Pemanfaatan limbah kulit singkong, kulit pisang dan kulit kentang sebagai bahan pakan ternak melalui teknik fermentasi. Jurnal Teknologi Lingkungan, 10(3), 257-263.
  2. Akhadiarto, S. (2010). Pengaruh pemanfaatan limbah kulit singkong dalam pembuatan pelet ransum unggas. Jurnal Teknologi Lingkungan, 11(1), 127-138.
  3. Ayuningtyas, I., Hartini, S., & Cahyanti, M. N. (2016). Optimasi Pembuatan Tepung Ferkusi (Fermentasi Kulit Singkong) Ditinjau dari Variasi Penambahan Angkak. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, 5(2).
  4. Fathurrohman, F. (2015). Pengaruh tingkat penambahan molases pada pembuatan silase kulit umbi singkong (Mannihot esculenta) terhadap kandungan bahan kering, bahan organik, dan HCN. Students e-Journal, 4(1).
  5. Hastuti, S. (2012). Fermentasi kulit singkong dengan ragi komersial untuk peningkatan nilai gizi. Rekayasa, 5(1), 61-65.
  6. Hermanto, H., & Fitriani, F. (2019). Pemanfaatan Limbah Kulit dan Daun Singkong sebagai Campuran Bahan Pakan Ternak Unggas. Jurnal Riset Teknologi Industri, 13(2), 284-295.
  7. Hindersah, R., & Kuswaryan, S. (2019). Aplikasi Pemupukan Organik dan Hayati di Sawah Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat. Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(1), 1-8.
  8. Rahayu, T. P., Viana, C. D. N., Luklukyah, Z., & Irawan, B. (2019). Potensi Daya Dukung Limbah Kulit Singkong hasil Olahan Pothil sebagai Pakan Sapi Potong di Kecamatan Dukun, Magelang. Bulletin of Applied Animal Research, 1(2), 40-43.
  9. Sari, F. D. N., & Astili, R. (2018). Kandungan Asam Sianida Dendeng dari Limbah Kulit Singkong. Jurnal Dunia Gizi, 1(1), 20-29.
  10. Simbolon, N., Pujaningsih, R. I., & Mukodiningsih, S. (2016). Pengaruh berbagai pengolahan kulit singkong terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik secara in vitro, protein kasar dan asam sianida. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan, 26(1), 58-65.
  11. Wahyono, D. E., & Hardianto, R. (2004). Pemanfaatan sumber daya pakan lokal untuk pengembangan usaha sapi potong. Lokakarya Nasional, Jakarta.
  12. Yuhanna, W. L., & Yulistiana, Y. G. (2017). Pemberdayaan Masyarakat Desa Wakah, Kecamatan Ngrambe melalui Pembuatan Pakan Lele Alternatif dari Ampas Tahu dan Probiotik. Agrokreatif Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat, 3(2), 108-114.