Isi Artikel Utama

Abstrak

Dampak pandemi COVID-19 telah menurunkan pendapatan beberapa industri jamu di Kabupaten Sukoharjo. Industri jamu terkendala dalam proses produksi dan penjualan produknya. Cara pemasaran berubah, terutama saat diberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat darurat (PPKM Darurat). Salah satu cara alternatif untuk meningkatkan kapasitas penjualan adalah melalui pemasaran digital online yang berfokus pada pemasaran digital melalui website yang digunakan sebagai e-commerce, media sosial, mesin pencari, dan membentuk tim reseller untuk menjual produknya. Di masa pandemi, industri jamu harus cepat beradaptasi seiring dengan PPKM Darurat, karena hal ini akan mengubah tren perilaku konsumen dalam membeli produk jamu. Salah satu industri jamu yang menjadi mitra proyek ini adalah Usaha Kecil Menengah (UKM) Ching Lung. Melalui transformasi digital ini dapat menjadi solusi atas permasalahan yang dihadapi oleh UKM Ching Lung saat ini. Selain itu, dengan meningkatkan kreativitas model penjualan produk, UKM dapat bertahan dengan melakukan diversifikasi produk yang sesuai dengan kebutuhan di masa pandemi COVID-19. Bekerjasama dengan UKM Jamu Ching Lung, dibuatlah website online yang dirancang dengan konsep toko online untuk meningkatkan penjualan jamu dan obat tradisional di Kabupaten Sukoharjo. Melalui kegiatan ini diharapkan dapat membantu UKM untuk memasarkan produknya agar dapat dikenal oleh masyarakat luas.

Kata Kunci

digital penjualan jamu tradisional pandemi

Rincian Artikel

Biografi Penulis

Anif Nur Artanti, Universitas Sebelas Maret

D3 Farmasi, Universitas Sebelas Maret

Referensi

  1. Artanti, A., Rahmawati, K., Rakhmawati, R., & Prihapsara, F. (2020). Uji Aktivitas Antibakteri dan Antijamur dari Kombinasi Minyak Nyamplung (Callophyllum Inophyllum L.) dengan Virgin Coconut Oil dan Pengembangannya sebagai Face Oil. Jurnal Farmasi Indonesia, 17(2), 17–29.
  2. Aulani, F. N. (2018). Cara BPOM Memastikan Keamanan Obat Tradisional di Masyarakat. Majalah Farmasetika, 3(2), 30–32.
  3. BPOM, RI. (2010). Acuan Sediaan Herbal. Volume, 5, 6–8.
  4. BPOM, RI. (2012). Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jilid 2, Badan POM RI, Jakarta.
  5. Depkes. (2008). Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
  6. Firdausi, N., Kesuma, S., & Suwita, I. K. (2021). Keamanan Obat Tradisional Jamu Kunyit Asem di Beberapa Pasar Tradisional Kota Malang. Jurnal Farmasi Dan Kesehatan, 10(1), 11–17.
  7. Joe, B., Vijaykumar, M., & Lokesh, B. R. (2004). Biological properties of curcumin-cellular and molecular mechanisms of action. Critical Reviews in Food Science and Nutrition, 44(2), 97–111.
  8. Jogiyanto, H. M., & Informasi, A. D. D. (2005). Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis. Andi Offset, Yogyakarta.
  9. Jonathan, W., & Lestari, S. (2015). Sistem informasi UKM berbasis website pada desa Sumber Jaya. Jurnal Teknologi Informasi Dan Bisnis Pengabdian Masyarakat Darmajaya, 1(1), 1–16.
  10. Mellawati, D., & Sudarsono, A. (2010). Pengaruh Pemberian Ekstrak Zat Pedas Rimpang Jahe Emprit terhadap Fagositosis Makrofag pada Mencit Jantan Yang Diinfeksi dengan Listeria Monocytogenes. Majalah Obat Tradisional, 15(2010).
  11. Pangestika, D., Mirani, E., & Mashoedi, I. D. (2012). Pengaruh Pemberian Kunyit (Curcuma domestica Val.) terhadap Aktivitas Fagositosis Makrofag psada Mencit BALB/C yang Diinokulasi Bakteri Listeria monocytogenes. Sains Medika, 4(1), 63–70.
  12. Widyaningsih, S., Chasani, M., & Diastuti, H. (2018). Formulation of antibacterial liquid soap from Nyamplung Seed Oil (Calophyllum inophyllum L) with addition of curcuma heyneana and its activity test on Staphylococcus aureus. IOP Conference Series: Materials Science and Engineering, 349(1), 12062.