Perbedaan Efek Monoterapi dan Politerapi Obat Antiepilepsi (OAE) terhadap Kekambuhan Kejang Pasien Epilepsi di Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang

Penulis

  • ARIA NURULLAH Universitas Muhammadiyah Surabaya
  • Laily Irfana Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surabaya
  • Nenny Triastuti Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surabaya

DOI:

https://doi.org/10.30651/jmu.v2i2.25668

Kata Kunci:

Epilepsi, Obat Antiepilepsi, Monoterapi OAE, Politerapi OAE, Kekambuhan Kejang

Abstrak

Epilepsi merupakan satu dari penyakit neurologi yang dapat menyebabkan kematian dan disabilitas. Menurut World Health Organization (WHO) terdapat sekitar 50 juta orang menderita epilepsi di dunia. Negara berkembang seperti Indonesia memiliki angka kejadian epilepsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara maju yaitu 139 per 100.000 penduduk. Terapi utama epilepsi adalah dengan pemberian obat antiepilepsi (OAE) jangka panjang dengan tujuan untuk mengontrol kekambuhan kejang. Kendala pengobatan yang dapat ditemui pada pasien epilepsi adalah efek samping obat, jenis obat lebih dari satu (politerapi), jangka waktu konsumsi obat yang panjang membuat pasien cenderung berujung putus pengobatan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan efek monoterapi dan politerapi OAE terhadap kekambuhan kejang pasien di RS Siti Khodijah Sepanjang. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan teknik pengambilan sampel secara consecutive sampling yang didasarkan pada kriteria inklusi dna eksklusi. Hasil penelitian menunjukkan 32 (68%) sampel mendapatkan OAE monoterapi, 31 (96.9%) diantaranya mengalami kekambuhan dan 1 (3.1%) lainnya tidak mengalami kekambuhan kejang. Sedangkan 15 (32%) sampel lainnya mendapatkan OAE politerapi dengan 11 (73.3%) sampel mengalami kekambuhan kejang dan 5 (26.7%) lainnya tidak mengalami kekambuhan kejang. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan efek monoterapi dan politerapi OAE pada pasien epilepsi di RS Siti Khodijah Sepanjang.

Referensi

Chan, A. Y. et al. (2019) ‘Rates and predictors of seizure outcome after corpus callosotomy for drug-resistant epilepsy: A meta-analysis’, Journal of Neurosurgery, 130(4), pp. 1193–1202. doi: 10.3171/2017.12.JNS172331.

Dansen, F. (2020) ‘Pengaruh Kualitas Tidur Terhadap Kejadian Kejang Pada Pasien Epilepsi.’, Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, Volume 9(2), pp. 897–901. doi: 10.35816/jiskh.v12i2.425.

Fatmi, K., Dewi, R. and Ilmiawan, M. (2022) ‘Hubungan Lama Menderita, Frekuensi Kejang dan Keteraturan Konsumsi OAE Terhadap Fungsi Kognitif Pada Pasien Epilepsi’, Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan (JNIK), 4(3):52-6.

Ika, T. and Hidayati, E. (2019) ‘Family Support on Severe Frequency in Epilepsy Patients in RSUP. Dr. Kariadi Semarang’, Media Keperawatan Indonesia, 2(1), p. 21. doi: 10.26714/mki.2.1.2019.21-28.

Ilma, D., Endriatuti, N. and Suryoputri, M. (2021) ‘Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Luaran Klinis Asam Valproat Pada Epilepsi Pediatri’, 9(1), pp. 58–69.

Jang, M. et al. (2018) ‘Impact of poorly controlled epilepsy in the Republic of Guinea’, Seizure, 61, pp. 71–77. doi: 10.1016/j.seizure.2018.07.018.

Joshi, R. et al. (2018) ‘Prevalence Rtms’, (May), pp. 517–520. doi: 10.4103/ijmr.IJMR.

Khairani, A. F. and Sejahtera, D. P. (2019) ‘Strategi Pengobatan Epilepsi : Monoterapi dan Politerapi’, Universitas Gajah Mada, 18(3), pp. 115–119.

Komalasari, F. (2022) ‘Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan Frekuensi Kekambuhan Pasien Epilepsi Di Ruang Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat Tahun 2022 diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya , sehingga seseorang akan tahu bahwa ada’, 2(1), pp. 214–219.

Mani, J. (2013) ‘Combination Therapy in Epilepsy: What, When, How and What Not!.’, Journal of The Association of Physicians of India., 61.

Niriayo, Y. L. et al. (2018) ‘Treatment outcome and associated factors among patients with epilepsy’, Scientific Reports, 8(1), pp. 1–9. doi: 10.1038/s41598-018-35906-2.

Raj, T. and Sylvia A, Chidambaranathan S, N. P. A. (2017) ‘Prospective Study of Drug Utilization Pattern of Anti-Epileptic Drugs and Their Adverse Effects in a Tertiary Care Hospital’, International Journal of Current Pharmaceutical Research, 9(6).

Romoli, M. et al. (2018) ‘Valproic acid and epilepsy: from molecular mechanisms to clinical evidences. Current Neuropharmacology’, 17(10), pp. 926–946. doi: doi: 10.2174/1570159x17666181227165722.

Sinaga, N., Widodo, D. P. and Handryastuti, S. (2021) ‘Respons Awal Obat Antiepilepsi Monoterapi pada Pasien Epilepsi Baru’, Sari Pediatri, 22(5), p. 270. doi: 10.14238/sp22.5.2021.270-6.

Wangidjaja, O. and Wreksoatmodjo, B. R. (2022) ‘Tinjauan atas Epilepsi Pasca-Trauma Kapitis’, Cermin Dunia Kedokteran, 49(11), pp. 610–615. doi: 10.55175/cdk.v49i11.314.

Wibowo, S. (2017) ‘Politerapi dalam Manajemen Epilepsi’, Berkala Ilmu Kedokteran, pp. 207–212.

Yunita, A. (2020) ‘Hidup Selaras Bersama Epilepsi’, Bulletin RSPON, pp. 30–31.

Unduhan

Diterbitkan

2025-05-19