Perbandingan Uji Diagnostik Schirmer I Sebelum dan Sesudah Operasi Katarak Fakoemulsifikasi di RSUD Dr Wahidin Sudirohusodo Kota Mojokerto
DOI:
https://doi.org/10.30651/jmu.v2i2.25430Kata Kunci:
Schirmer I, Fakoemulsifikasi, Sindrom Mata KeringAbstrak
Latar Belakang: Fakoemulsifikasi merupakan salah satu teknik operasi katarak modern dengan insisi kornea lebih kecil dibandingkan teknik konvensional, namun menyebabkan berbagai efek pada mata yaitu terjadinya sindrom mata kering (Dry Eye Syndrome). DES adalah penyakit multifaktorial pada air mata dan permukaan mata yang menyebabkan ketidaknyamanan pada mata dan mempengaruhi fungsi penglihatan, ketidakstabilan lapisan air mata dan kualitas hidup. Pemeriksaan DES dapat dilakukan dengan pemeriksaan tes schirmer I tanpa anestesi. Tujuan: Mengetahui gambaran dan menganalisis perbedaan produksi air mata sebelum dan sesudah operasi katarak fakoemulsifikasi. Metode: Analisis melalui studi observasi dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel 68 orang dan diambil dengan consecutive sampling. Data penelitian diperoleh dari hasil uji tes schirmer I tanpa anestesi pada pasien. Analisis data univariat dan bivariat dilakukan dengan statistic non parametrik wilcoxon. Hasil: Distribusi frekuensi pasien paling banyak diperoleh jenis kelamin perempuan dengan sampel sebanyak 37 orang (54,4%) dengan rata-rata usia pasien 62,09 tahun. Produksi air mata sebelum dan sesudah menunjukkan normal pada pasien sebanyak 5 orang, dan menunjukkan dry eye syndrome pada pasien sebanyak 63 orang. Uji statistik non parametrik wilcoxon menunjukkan nilai p=0,00 <0,05. Kesimpulan: Terdapat hubungan bermakna antara operasi fakoemulsifikasi terhadap gejala mata kering
Referensi
Al Saad, M. M. et al. (2020) ‘Evaluation of dry eye after cataract surgery’, Bahrain Medical Bulletin, 42(1), pp. 40–43.
Asmara, D. et al. (2023) ‘15125-Article Text-50973-1-10-20230630’, 4, pp. 2442–2451.
Barabino, S. (2022) ‘Is dry eye disease the same in young and old patients? A narrative review of the literature’, BMC Ophthalmology, 22(1), pp. 4–9. doi: 10.1186/s12886-022-02269-2.
Basofi Achmad, D. (2016) ‘Hubungan Jenis Kelamin, Pekerjaan Dan Status Pernikahan Dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Operasi Katarak Di Rumah Sakit Yarsi Pontianak’, Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), pp. 1689–1699.
Cheng, Y.-L. et al. (2016) ‘We are IntechOpen , the world ’ s leading publisher of Open Access books Built by scientists , for scientists TOP 1 %’, Intech, 11(tourism), p. 13. Available at: https://www.intechopen.com/books/advanced-biometric-technologies/liveness-detection-in-biometrics.
Conrady, C. D., Joos, Z. P. and Patel, B. C. K. (2016) ‘Review: The lacrimal gland and its role in dry eye’, Journal of Ophthalmology, 2016. doi: 10.1155/2016/7542929.Barabino, S. (2022) ‘Is dry eye disease the same in young and old patients? A narrative review of the literature’, BMC Ophthalmology, 22(1), pp. 4–9. doi: 10.1186/s12886-022-02269-2.
Craig, J.P. et al. (2017) ‘The Ocular Surface TFOS DEWS II De fi nition and Classi fi cation Report’, 15, pp. 276–283. Available at: https://doi.org/10.1016/j.jtos.2017.05.008.
Dana, R. et al. (2019) ‘Estimated Prevalence and Incidence of Dry Eye Disease Based on Coding Analysis of a Large, All-age United States Health Care System’, American Journal of Ophthalmology, 202, pp. 47–54. doi: 10.1016/j.ajo.2019.01.026.
Detty, A. U., Artini, I. and Yulian, V. R. (2021) ‘Karakteristik Faktor Risiko Penderita Katarak’, Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 10(1), pp. 12–17. doi: 10.35816/jiskh.v10i1.494.
Disty Andryani, Purwanita, P. and Anang Tribowo (2019) ‘Comparison of Schirmer and Tear Break Up Time (TBUT) Diagnostic Test of Dry Eye Following Phacoemulsification Cataract Surgery’, Sriwijaya Journal of Ophthalmology, 2(1), pp. 1–15. doi: 10.37275/sjo.v2i1.41.
Ekici, E., Caglar, C. and Akgümüş, E. Ü. (2022) ‘The Repeatability, Reproducibility, and Correlation of the Schirmer Test: A Comparison of Open versus Closed Eye’, Korean Journal of Ophthalmology, 36(4), pp. 306–312. doi: 10.3341/kjo.2022.0006.
Elvira and Wijaya, V. N. (2018) ‘Penyakit Mata Kering’, CDK Edisi Suplemen, pp. 192–196.
Fairuz Hanan, S. et al. (2024) ‘Tinjuan Pustaka: Hubungan Jenis Kelamin dan Hormon Androgen dengan Kejadian Dry Eye Disease’, Dry Eye Syndrome Medula |, 14(3), pp. 476–481.
Furqan, M., Sidhi, S. P. and Amsari, L. C. (2020) ‘Analisis Berbagai Macam Biomarker Air Mata dalam Diagnosis Penyakit Mata Kering’, JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia, 8(2), pp. 146–158. doi: 10.53366/jimki.v8i2.123.
Ganie, M. A. and Himayani, R. (2021) ‘Penggunaan Air Mata sebagai Biomarker pada Penyakit Mata’, Medula, 11(1), pp. 125–134.
Garg, P. et al. (2020) ‘Dry eye disease after cataract surgery: Study of its determinants and risk factors’, Turkish Journal of Ophthalmology, 50(3), pp. 133–142. doi: 10.4274/tjo.galenos.2019.45538.
Hartati Rismauli, N. U. (2022) ‘Jurnal Pendidikan dan Konseling’, Jurnal Pendidikan dan Konseling, 4, pp. 1349–1358.
Ishrat, S., Nema, N. and Chandravanshi, S. C. L. (2019) ‘Incidence and pattern of dry eye after cataract surgery’, Saudi Journal of Ophthalmology, 33(1), pp. 34–40. doi: 10.1016/j.sjopt.2018.10.009.
Iskandar, F. (2020) ‘Diquafosol Tetrasodium: Tatalaksana Terkini untuk Dry Eye Disease (DED) ?’, Cermin Dunia Kedokteran, 47(9), p. 542. doi: 10.55175/cdk.v47i9.921.
Jannah, J. R. and Rohaya, S. (2022) ‘Sindrom Mata Kering’, AVERROUS: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh, 8(2), p. 77. doi: 10.29103/averrous.v8i2.8915.
Madhy, Z. A. and Zaldi, Z. (2020) ‘Perbedaan Kuantitas Sekresi Air Mata Mahasiswa Dan Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Menggunakan Uji Schirmer 1’, Jurnal Ilmiah Simantek, 4(4), pp. 53–57.
Masturoh, I. and Anggita, N. (2018) ‘PEDOMAN NASIONAL PELAYANAN KEDOKTERAN TATA LAKSANA KATARAK PADA DEWASA’, pp. 1–39.
Moss, S. E., Klein, R. and Klein, B. E. K. (2000) ‘Prevalance of and risk factors for dry eye syndrome’, Archives of Ophthalmology, 118(9), pp. 1264–1268. doi: 10.1001/archopht.118.9.1264.
Pradana Daryosta, R., Novitasari Saubig, A. and Nugroho, T. (2021) ‘Diponegoro Medical Journal Differences in Tear Secretion Before and After Phacoemulsification Surgery Using Schirmer I Tests’, Arnila Novitasari Saubig, 10(4), pp. 2019–2022. Available at: http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico.
Qayum, D. S. (2019) ‘Incidence of Dry eye after clear corneal phacoemulsification’, Journal of Medical Science And clinical Research, 7(6), pp. 964–969. doi: 10.18535/jmscr/v7i6.162.
Rahmadilla, A. P. (2020) ‘Hubungan Pemakai Lensa Kontak Lunak (Soft Contact Lens) Dengan Dry Eye Syndrome’, Jurnal Medika Hutama, 02(01), pp. 377–381.
Rania, S. (2022) ‘Keunggulan Operasi Katarak Fakoemulsifikasi dibandingkan dengan Extracapsular Cataract Extraction: Sebuah Tinjauan Literatur’. Available at: http://scholar.unand.ac.id/115024/.
Soebagjo, H. D. (2019) Penyakit Sistem Lakrimal, Airlangga University Press.
Syuhada, R. and Syahputra, M. W. (2019) ‘Pengaruh Produksi Air Mata Terhadap Dry Eye Syndrome Pada Pasien Di Poliklinik Mata Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung Tahun 2018’, Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, 5(3), pp. 218–223. doi: 10.33024/.v5i3.964.
Thanigasalam, T., Chandarsekhara Reddy, S. and Chandrasekharan Biomed Sci, S. B. (2014) ‘Outcome of phacoemulsification and extracapsular cataract extraction: A study in a district hospital in Malaysia’, Malaysian Family Physician, 9(2), pp. 41–48.
Winarti, T. et al. (2019) ‘Perbandingan komplikasi antara fakoemulsifikasi dan manual Small-Incision Cataract Surgery (mSICS) pada operasi katarak massal: Sebuah penelitian kohort retrospektif’, Journal of Community Empowerment for Health, 2(1), p. 97. doi: 10.22146/jcoemph.42182.
Zubaidah, T. S. H., Lubis, R. R. and Feriyawati, L. (2022) ‘Ferning and Schirmer Test 1 for the Detection of Grading Severity of Dry Eye Syndrome in Post Phacoemulsification Patients’, Folia Medica Indonesiana, 58(3), pp. 222–227. doi: 10.20473/fmi.v58i3.34804.
