Studi Perencanaan Dinding Penahan Tanah dengan Metode Pelaksanaan Bottom Up dan Top Down Pada Basement Rumah Sakit Ponorogo

Wahyu Kumbari Kumbari (1)
(1) "Universitas Muhammadiyah surabaya", Indonesia

Abstract

Abstrak

Bangunan bertingkat dengan basement terdapat beberapa metode pelaksanaan yaitu bottom up dan top down. Metode bottom up pekerjaan struktur dilakukan setelah pekerjaan galian selesai, sedangkan metode top down pekerjaan struktur dapat dilakukan bersamaan dengan pekerjaan galian. Hal tersebut akan mempengaruhi stabilitas dinding penahan tanah (DPT) pada saat tahapan galian dilaksanakan. Tugas akhir ini bertujuan membandingkan perencanaan dinding penahan tanah secant pile (tahapan galian konstruksi bottom up) dengan diaphragm wall (tahapan galian konstruksi top down) pada basement rumah sakit ponorogo.

Analisis data tanah menggunakan korelasi empiris nilai N-SPT untuk mendapatkan parameter tanah yang dibutuhkan, panjang total DPT dihitung menggunakan konsep kesetimbangan (SM=0) kemudian dikontrol terhadap gejala hidrolis. Tahapan galian di modelkan dengan progam PLAXIS untuk menganalisis defleksi, SF, dan gaya gaya dalam yang terjadi pada masing-masing DPT sesuai tahapan galian konstruksi. Selanjutnya perencanaan tulangan dihitung sesuai SNI 2847:2013 dan juga menggunakan program PCAColumn, serta menghitung biaya material dari masing masing DPT.

Hasil perencanaan DPT dengan galian basement elevasi -8 m diperoleh panjang total 18 m dari muka tanah. Untuk Secant pile (Bottom up) diperoleh nilai SF 1,8 dengan defleksi maksimal 3,1 cm, menggunakan diameter Secant pile 0,8 m tulangan utama D19 jumlah 20, biaya material Secant pile Rp2.829.418.450. Sedangkan pada Diaparghmwall (Top down) diperoleh nilai SF 4,3 dengan defleksi maksimal 0,95 cm, ketebalan Diaparghmwall 0,5 m tulangan utama D22–250 mm, biaya material Diaphargmwall Rp2.269.552.123. Dari kedua metoda tersebut, biaya material Diaparghmwall (Top down) lebih murah dari pada biaya material Secant pile (Bottom up), namun dari segi pelaksanaan galian konstruksi, Diaparghmwall (Top down) lebih sulit dari pada Secant pile (Bottom up)

Kata kunci: Basement, Secant pile, Diaphargmwall, Bottom up, Top down


Full text article

Generated from XML file

References

Asiyanto. 2012. Metode Konstruksi Gedung Bertingkat. jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).

Bowles, J.E. 1983. Analisa dan desain pondasi jilid II. Jakarta: Erlangga.

Brinkgreve, R.B.j. 2002. PLAXIS reference manual V8.2. Belanda: PLAXIS b.v, AN DELFT.

Das, B. M. 1995. Mekanika Tanah (Prinsip Prinsip Rekayasa Geoteknis Jilid II). Terjemahan Noor Endah, & Indrasurya B. Mochtar. Jakarta: Erlangga.

Hardiyatmo, H. C. 2002. Mekanika Tanah II. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Kurniawan, D.A. 2017. Perencanaan Dinding Penahan Tanah pada Basement Midtown Point and Ibis Styles Hotel Jakarta. Skripsi. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November.

Lafiza, A. 2017. Analisis Perbandingan Metode Top down dan Bottom up pada Proyek Fave Hotel Ketintang ditinjau dari Segi Biaya dan Waktu. Skripsi. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November.

Mistra. 2012. Struktur dan Kontruksi Bangunan Tinggi Sistem Top and Down. Jakarta: Griya kreasi.

Nugroho, A.D. 2011. Analisis Pemakaian Diaphragm Walls pada Galian Basement dengan Progam PLAXIS (Studi Kasus: Proyek Hotel Santika Medan). Tugas akhir. Medan: Universitas Sumatra Utara

Ou Chang-yu. 2006. Deep Excavation Theory and Practice London: Taylor & Francis Group.

Setiawan, A. 2016. Perancangan Struktur Beton Bertulang (Berdasarkan SNI 2847:2013). Jakarta: Erlangga.

SNI: 8460-2017. Persyaratan Perancangan Geoteknik. BSN: ICS 91.010.01.

Authors

Wahyu Kumbari Kumbari
wahyukumbari@gmail.com (Primary Contact)
Kumbari, W. K. (2021). Studi Perencanaan Dinding Penahan Tanah dengan Metode Pelaksanaan Bottom Up dan Top Down Pada Basement Rumah Sakit Ponorogo. AGREGAT, 6(2). https://doi.org/10.30651/ag.v6i2.9200

Article Details