https://journal.um-surabaya.ac.id/ReSEM/issue/feedRekayasa Sistem Energi dan Manufaktur (ReSEM)2024-03-25T11:48:59+07:00Sekretariat Journal ReSEMarifbatutah@ft.um-surabaya.ac.idOpen Journal Systems<p>e-ISSN : 3025-5635</p> <p>Publikasi: Dua kali dalam satu tahun (September dan Maret)</p> <p><strong>Rekayasa Sistem Energi dan Maufaktur (ReSEM) </strong>mengimplikasikan dalam teknologi pintar dibidang keilmuan, seperti Konversi Energi, Perancangan, Mekanikal dan Otomasi, Teknik Manufaktur dan Material. Journal ini bertujuan untuk menyajikan perkembangan baru dan temuan terbaru dalam penelitian ilmiah untuk mendokumentasi penelitian asli dan untuk memperkuat pertukaran internasional dalam penelitian akademis. ReSEM adalah jurnal yang sepenuhnya di referensikan yang mendorong berbagai pengetahuan dan penemuan di antara para insinyur, akademisi, peneliti dan praktisi di bidang permesinan dalam skala panjang.</p>https://journal.um-surabaya.ac.id/ReSEM/article/view/20257REDESAIN ALAT PIROLISIS PENGUBAH SAMPAH PLASTIK MENJADI BAHAN BAKAR CAIR2023-09-06T15:09:41+07:00Moh. Arif Batutaharif.btth@gmail.comYayan Noer Viantoyayannoervianto@gmail.com<p>Sampah plastik menjadi salah satu kendala besar yang sedang dihadapi oleh dunia pada saat ini, tidak terkecuali di kota-kota besar yang ada di Indonesia, hal ini disebabkan salah satunya oleh maraknya penggunaan barang-barang yang berasal dari plastik sekali pakai, seperti halnya penggunaan kemasan makanan yang menggunakan plastik. Pirolisis merupakan dekomposisi kimia melalui pemanasan tanpa atau sedikit oksigen dimana limbah plastik dipanaskan pada suhu yang tinggi diatas 175°C sehingga fasenya akan berubah menjadi gas dan kemudian akan terjadi proses perengkahan. Pembuatan desain baru alat pirolisis ini bertujuan untuk meningkatkan mutu dari alat pirolisis yang sudah ada sebelumnya, baik dari segi pengoperasian ataupun efesiensi alat pirolisis. Dalam penelitian ini perancangan alat pirolisis dibuat dengan desain yang sederhana dan juga terbuat dari material yang mudah didapatkan. perbedaan utama desain baru ini terletak pada bagian kondensor, uap dari reaktor pirolisis dialirkan sebanyak dua kali melewati kondensor untuk memisahkan kualitas bahan bakar dari hasil pirolisis.</p> <p>Kata Kunci: Pirolisis, kondensor, plastik, bahan bakar cair.</p>2024-03-22T00:00:00+07:00Hak Cipta (c) 2024 Rekayasa Sistem Energi dan Manufaktur (ReSEM)https://journal.um-surabaya.ac.id/ReSEM/article/view/20545DEFORMATION ANALYSIS OF THE STRINGER WELDING PROCESS ON THE SUPPORT FRAME VIBRATING SCREEN2023-10-23T11:40:14+07:00Betty Arianibettyariani@um-surabaya.ac.idPonidiponidi@um-surabaya.ac.idHarits Akmalharitsakmal32@gmail.com<p>Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan besarnya deformasi yang terjadi pada proses pengelasan stringer dengan metode pengelasan 4 kali dalam 1 titik sambungan (pada rangka penyangga 01) dengan metode pengelasan 6 kali pengelasan dalam 1 titik sambungan. (pada rangka penyangga 02), dilihat dari jarak antar senar, kelurusan senar, kerataan senar melintang dan membujur. Dari perbandingan setelah proses pengelasan, deformasi rangka penyangga 01 lebih besar dibandingkan dengan deformasi rangka penyangga 02 dengan perbandingan nilai sebagai berikut: Nilai rata-rata kerataan deformasi stringer adalah: rangka penyangga 01 adalah 1,8 mm pada stringer 07 dan untuk rangka penyangga 02 sebesar 1,6 mm pada stringer 07. Nilai rata-rata deformasi tertinggi yang terjadi dari pengukuran kerataan memanjang untuk rangka penyangga 01 sebesar 3,6 mm pada posisi 05 dan 2,8 pada posisi 07 Sedangkan untuk rangka penyangga 02 sebesar 2,4 mm pada posisi 05 dan 07. Nilai rata-rata deformasi tertinggi dari pengukuran kerataan melintang untuk rangka penyangga 01 sebesar 2,3 mm pada posisi stringer 04 dan 1,8 pada posisi stringer 03. Sedangkan untuk rangka penyangga 02 adalah adalah 1,5 mm pada posisi stringer 04 dan 1,4 mm pada posisi stringer 03.</p> <p><strong>Kata Kunci</strong> : Getaran Layar, Urutan Pengelasan, Deformasi</p> <p> </p>2024-03-22T00:00:00+07:00Hak Cipta (c) 2024 Rekayasa Sistem Energi dan Manufaktur (ReSEM)https://journal.um-surabaya.ac.id/ReSEM/article/view/20609PENINGKATAN NILAI KONSTANTA KEKAKUAN PADA SHOCK ABSORBER BEKAS SEPEDA MOTOR DENGAN PROSES ANNEALING2023-10-29T09:03:38+07:00Hadi Kusnantohadikusnanto@um-surabaya.ac.idAnastas Rizalyanastas.rizaly@um-surabaya.ac.idMochamad Adhita Pangestu Fmochamad_adhita@ymail.com<p>Pegas (<em>Spring</em>) umumnya digunakan pada beragam pengembangan mesin, pegas saat digunakan harus mampu menciptakan tenaga sesuai, meredam benturan, mengasimilasi dan menyimpan energi untuk meredam getaran. Dalam penelitian ini dilakukan proses pembakaran pegas secara <em>annealing </em>dengan variasi besar suhu dan lama waktu pembakaran, kemudian di dinginkan dengan menggunakan teknik <em>normalizing</em>. Pegas yang digunakan adalah <em>shockbreaker </em>mio soul. Perbedaaan suhu pembakaran yang digunakan adalah 400, 450, 500, dengan pengujian konstanta menggunakan uji tekan secara dinamis. Dari hasil penelitian terlihat bahwa terjadi perubahan nilai konstanta kekakuan akibat perubahan temperatur pemanasan <em>annealing</em>. Ketika W 1000N, temperatur <em>annealing </em>400 °C : 2500 N/m, 450 °C : 2875 N/m, 500 °C : 2272N/m. Temperatur pemanasan yang menghasilkan nilai konstanta kekakuan yang tepat terdapat pada temperatur suhu 450 °C dengan nilai konstanta pada W 1000 N 2875 N/m.</p> <p> </p> <p><strong>Kata Kunci : </strong>Pegas, <em>Annealing</em>, Shock breaker, Konstanta</p>2024-03-22T00:00:00+07:00Hak Cipta (c) 2024 Rekayasa Sistem Energi dan Manufaktur (ReSEM)https://journal.um-surabaya.ac.id/ReSEM/article/view/20622ANALISA PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PENDINGIN OLI HIDROLIK PADA MESIN FINE BLANKING PRESS 160T DENGAN MENGGUNAKN FAN RADIATOR DAN CHILLER2023-10-29T11:51:20+07:00Suhariyantosuhariyanto@me.its.ac.idSolikinsolikin@umsurabaya.ac.idMuhammad Syahru Muharomely.al250@gmail.com<p>Sulitnya menstabilkan suhu pada sistem hidrolik mesin. PT. XYZ masih belum menemukan cara atau opsi terbaik untuk menstabilkan suhu dari kedua mesin <em>fine blanking press </em>160T yang membutuhkan pendinginan oli hidrolik yang baik, sehingga perusahaan ingin mengetahui mana yang lebih baik dengan memasang pendingin <em>fan radiator </em>pada mesin <em>fine blanking </em>160T A atau memasang pendingin <em>chiller </em>pada mesin <em>fine blanking </em>160T B. Dengan itu maka dilakukan pengolahan data untuk mengetahui efektivitasan diantara keduanya, dan berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan mesin fine blanking press 160T dengan menggunakan pendingin fan radiator lebih efektif dari pada menggunakan pendingin chiller.</p> <p><strong>Kata Kunci </strong>: Fan Radiator, chiller, Efektivitas, Oli Hidrolik.</p>2024-03-22T00:00:00+07:00Hak Cipta (c) 2024 Rekayasa Sistem Energi dan Manufaktur (ReSEM)https://journal.um-surabaya.ac.id/ReSEM/article/view/21924REDESAIN BRAKE COOLING DUCT PADA REM CAKRAM DEPAN SEPEDA MOTOR; ANALISIS PERUBAHAN TEMPERATUR DENGAN METODE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)2024-02-17T21:33:02+07:00Ilyas Sofana ilyas_sofana@um-surabaya.ac.idMochammad Choirul Anammikoirulanam@gmail.comImron Musthofaimron@politala.ac.id<p><em>Brake cooling duct</em> adalah teknologi yang berguna untuk mengalirkan udara dari depan agar kaliper rem & <em>disc brake </em>tidak terlalu panas. Manfaat lain adalah menjaga temperatur mesin tetap normal karena mesin selalu mendapat udara segar. Penelitian ini menambahkan desain saluran udara atau <em>brake cooling duct</em> untuk mendinginkan <em>disc brake </em> menggunakan simulasi <em>ANSYS</em> CFD dengan kecepatan 48 Km/h dan 98 Km/h untuk mendapatkan temperatur <em>disc brake </em><em> </em> saat melakukan pengereman tanpa <em>cooling duct</em> dan menggunakan <em>brake cooling duct</em>, perbedaan nilai <em>heat flux</em> setelah ditambahkan <em>brake cooling duct</em>, proses perubahan temperatur yang terjadi pada aliran udara dari <em>brake cooling duct</em> menyentuh permukaan <em>disc brake </em> dengan kecepatan 48 Km/h dan 96 Km/h. Hasil didapatkan temperatur <em>disc brake </em><em> </em> saat melakukan pengereman tanpa <em>cooling duct</em> dengan nilai temperatur maksimum 137,74 ⁰C dan menggunakan <em>brake cooling duct</em> dengan kecepatan <em>inlet</em> udara 48 Km/h adalah maksimum 74,73 ⁰C dan 98 Km/h adalah 73.42 ⁰C. Terdapat perbedaan nilai <em>heat flux</em> setelah ditambahkan saluran udara / <em>brake cooling duct</em> sebesar 33116 W/m<sup>2 </sup>dengan kecepatan 48 Km/h dan 33746 W/m<sup>2 </sup>dengan kecepatan 96 Km/h. Perubahan temperatur yang terjadi pada aliran udara dari <em>brake cooling duct</em> menyentuh permukaan <em>disc brake </em> dengan kecepatan 48 Km/h adalah 58.97 ⁰C, untuk kecepatan 96 Km/h adalah 60.26 ⁰C</p> <p><strong>Keywords</strong>: <em>Brake cooling duct</em><em> , </em>Metode <em>CFD, </em><em>heat flux</em>.</p>2024-03-22T00:00:00+07:00Hak Cipta (c) 2024 Rekayasa Sistem Energi dan Manufaktur (ReSEM)