Eksistensi Bahasa Daerah di Era Disrupsi
Abstrak
Bahasa bersifat dinamis dan selalu mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan zaman. Di era revolusi industri banyak perubahan-perubahan di beberapa bagian dan aspek kehidupan seperti sosial, politik, ekonomi,budaya dan bahasa. Era revolusi industri diikuti dengan era disrupsi yaitu pergeseran-pergeseran aktivitas dari manual menjadi robot yang serba otomatis. Tulisan ini fokus pada disrupsi bahasa dengan kondisi yang ada di Indonesia. Dalam perkembangannya Indonesia termasuk salah satu Negara yang masuk dalam katagori Endoglossic yang menerapkan satu bahasa sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi pengatar dalam segala aktivitas yaitu bahasa Indonesia. Disrupsi bahasa dapat dipandang sebagai kemajuan dan dapat pula dipandang sebagai pengaruh interferensi bahasa yang tidak terelakkan. Dalam bidang seni, banyak lagu-lagu Jawa yang mulai dikenal di seluruh Indonesia melalui televise dan youtube sehingga yang berasal dari daerah lain dengan sengaja mencari arti dari lagu tersebut. Di dunia politik, dapat dilihat saat kampanye, calon-calon anggota legislatif dari daerah membuat jargonnya menggunakan bahasa daerahnya masing-masing. Di bidang transportasi juga diberikan panduan berbahasa daerah. Contoh lain di bisnis kuliner, masing-masing daerah menggunakan kalimat khas daerah masing-masing yang biasanya dipopulerkan oleh public figure yang dikenal oleh masyarakat. Disrupsi bahasa akan menjadi bentuk dampak negatif jika berpengaruh terhadap pemertahanan bahasa daerah dan bahasa nasional yang dikhawatirkan akan ditinggalkan oleh pemakainya. Disrupsi bahasa harus dapat disikapi dengan seimbang agar tidak mempengaruhi ekologi bahasa.
Kata Kunci: eksistensi bahasa, bahasa daerah, era disrupsi
Artikel teks lengkap
Referensi
Ager, Dennis. 2001. Motivation in Language Planning and Language Policy. Clevedon:UK: Multilingual Matters.
Alwasilah. 2010. Filsafat dan Kebijakan Bahasa. Bandung: Rosdakarya
Breton, Roland J. L. & Fohtung, Bikia. 1991.. Atlas Administratif des Langues Nationales du Cameroun. Yaounde/Paris: CERDOTOLA and ACCT.
Chumbow, Beban Sammy. 2005. The Language Question and National Development in Africa. In Thandika Mkandawire (ed.), African Intellectuals: Rethinking Politics,
Constitue. Wikipedia. The Comparative Constitutions Project (CCP) (dalam bahasa bahasa Inggris). Diakses tanggal 28-03-201.
Cooper, Robert L. 1989. Language Planning and Social Change. Cambridge: Cambridge University Press.
Garvin, Paul & Mathiot, Madeleine. 1956. The urbanization of the Guarani language.
Hasselbring, Sue Ann. 2006. Cross-Dialectal Acceptance of Written Standards:
Holmes, Janet. 2013. An Introduction to Sociolingustic. New York: Rouledge https://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_resmi#cite_note-1. Diakses 8 September 2018
Hornberger, Nancy H. (1987). Bilingual education success, but policy failure. Language in Society, 16, 205–226.
Language, Gender and Development (pp. 165–192). Dakar/London: Codesria and Zed Books.
Lewiss, Paull, Trudel, Barbara.The Handbook of Educational Linguistics. 2007. Australia: Blackwell Publishing
Lodhi, Abdulaziz Y. (1993). The language situation in Africa today. Nordic Journal of African Studies, 2(1), 79–86.
Moeliono, Anton M. 2011. “Kebijakan Bahasa dan Perencanaan Bahasa di Indonesia: Kendala dan Tantanganâ€. Perencanaan Bahasa pada Abad Ke-21: Kendala dan Tantangan. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta
Nettle, Daniel (1999). Linguistic Diversity. Oxford: Oxford University Press.
Salminen, Tapani. 1999. Unesco Red Book On Endangered Languages: Europe. http://www.helsinki.fi/~tasalmin/europe_index.html#state. Diakses 10 September 2018
Sneddon, J.N. 2003. The Indonesia Language: its History and Role in Modern Society. Australia: University of South Wales
Stroud, Christopher (2001). African mother-tongue programmes and the politics of language: linguistic citizenship versus linguistic human rights. 2001. Journal of Multilingual and Multicultural Development, 22:(4), 339–355.
Sugiyono.http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/content/pelindungan-bahasa-daerah-dalam-kerangka-kebijakan-nasional-kebahasaan. Diakses 11 September 2018.
Tollefson, James. 2002. Limitations of language policy and planning. In Robert Kaplan Two Ghanaian Case Studies. Doctoral dissertation, Department of Linguistics,University of South Africa. UK: Multilingual Matters.
UNESCO. A methodology for assessing language vitality and endangerment. http://www.unesco.org/new/en/culture/themes/endangered-languages/language-vitality/#topPage. Diakses 10 September 2018
Penulis
Hak Cipta (c) 2019 Mariam Ulfa

Artikel ini berlisensi Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Hak Cipta
Stilistika: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra by FKIP UMSurabaya diatur lisensinya dibawah Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional.
Penulis mempertahankan seluruh haknya atas artikel yang diterbitkan jurnal ini, seperti (namun tidak terbatas pada) hak cipta dan hak kepemilikan lainnya yang berkaitan dengan artikel tersebut, seperti hak paten; hak untuk menggunakan substansi artikel dalam karyanya di masa depan, termasuk ceramah dan buku; hak untuk memperbanyak artikel untuk keperluan sendiri, hak untuk mengarsipkan sendiri artikel tersebut; hak untuk mengadakan pengaturan kontrak tambahan yang terpisah untuk distribusi non-eksklusif dari versi terbitan artikel (misalnya, mempostingnya ke repositori institusi atau menerbitkannya dalam buku), dengan pengakuan atas publikasi awalnya di jurnal ini.
Lisensi
Setiap karya yang ditulis penulis dilisensi dengan Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional