Bentuk Pertunjukan Seni Gemblak Dor di Lamongan
Abstract
Masyarakat Lamongan umumnya hanya mengenal seni pertunjukan Sandur dan Tayub. Selain kedua seni pertunjukan tersebut, juga terdapat seni pertunjukan Gemblak Dor yang tidak kalah menariknya. Sebagian orang mengartikan bahwa Gemblak berasal dari Ponorogo yaitu istilah yang mengacu pada peliharaan seorang warok yang dulu sebagai pelaku penunggang kuda jathilan yang ada dalam kesenian reog Ponorogo. Sedangkan Gemblak Dor di desa Slaharwotan merupakan seni pertunjukan rakyat karena tumbuh dan berkembang di lingkungan masyarakat. Istilah Gemblak Dor berasal dari kata “Mblak†yang berbunyi dari instrumen kendangnya dan “Dor†berasal dari isntrumen jidor, sehingga masyarakat desa Slaharwotan menyebutnya Gemblak Dor. Permasalah penelitian ini adalah, (1) bagaimana asal-usul pertunjukan Gemblak Dor di desa Slaharwotan? (2) bagaimana struktur pertunjukkan Gembak Dor? (3) Bagaimana fungsi seni pertunjukan Gemblak Dor di masyarakat sekitar? Tujuan penelitian, untuk mendeskripsikan asal mula munculnya seni pertunjukan Gemblak Dor di Desa Slaharwotan, bentuk pertunjukan, serta fungsi seni pertunjukan Gemblak Dor di dalam masyarakat sekitar.Metode penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian di desa Slaharwotan, kecamatan Ngimbang, Kabupaten Lamongan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah domain dan taksonomi. Validitas data yang digunakan adalah triangulasi sumber dan metode. Hasil dari penelitian ini :seni pertunjukan Gemblak Dor merupakan akulturasi budaya yang dibawa masuk ke Lamongan oleh sekelompok pengamen dari Nganjuk dan Jombang , berkembang di desa Slaharwotan kecamatan Ngimbang kabupaten Lamongan. Seni pertunjukan Gemblak Dor terdiri dari penari ayon-ayon, jaranan, jepaplokpentul dan tembem, dan genderuwo. Struktur pertunjukannya terdiri pembukaan, atraksi pertunjukan, dan penutup. Seni pertunjukan Gemblak Dor memiliki  fungsi primer yang terdiri dari sarana ritual, hiburan, dan presentasi estetis. Sedangkan fungsi sekunder terdiri dari pengikat solidaritas kelompok masyarakat dan sarana komunikasi.Selain fungsi primer dan sekunder terdapat fungsi yaitu sebagai respon fisik yang dapat memberikan stimulus anggota jasmani.
Â
Kata kunci: Seni pertunjukan Gemblak Dor, struktur pertunjukanFull text article
References
Bungin, Burhan. 2012. Analisis Data Penelitian Kualitatif.Jakarta : PT RAJAGRAFINDO PERSADA.
Brandon, James R.2003. Jejak-jejak Seni Pertunjukan di Asia Tenggara. Bandung : P4ST UPI
Djelantik, A.A.M. 1999. Estetika Sebuah Pengantar. Bandung : Masyarakat seni pertunjukan Indonesia dan Arti.
Geertz Cliford. 1898. Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa.Jakarta: PT Midas Surya Grafindo.
Hidayat, Robby. 2005. Wawasan Seni Tari. Malang : Jurusan Seni dan Desain Fakultas Sastra Universitas Malang.
Jazuli, M. 1994. Telaah Teoritis Seni Tari. Semarang : IKIP Semarang Press.
Kardiyanti, Oktaviana. 2006 .“Revitalisasi Jaranan Dalam Kepang Dor oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lamonganâ€.Skripsi : Tidak diterbitkan.
Moleong, Lexy J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ningtyas, Ayu. 2005. “Seni Pertunjukan Barongan Di Desa Jombok Kecamatan Jatirogo Kabupaten Tubanâ€. Skripsi : Tidak diterbitkan.
Padmodarmaya, Pramana. 1998. “Tata dan Teknik Pentasâ€. Jakarta: Balai Pustaka.
Poerwadarminta, W. J.S. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka.
Riduwan.2004. Metodologi dan Riset Data. Alumni: Bandung.
Rusmaningrum, Riska Novia. 2013. “Bentuk Penyajian Kesenian Jaranan Jawa Di Desa Pakunden Kecamatan Pesantren Kota Kediriâ€. Skripsi : Tidak diterbitkan.
Sedyawati, Edi. 1981. Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta: Sinar Harapan.
Soedarsono, R.M. 2001. Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Jakarta: Ditjen Dikti Depdikbud.
Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Tim Redaksi Majalah Dinamika Guru. 2014. Pemikiran Guru Ponorogo Untuk Indonesia. Yogyakarta: Araska.
Wahyudiyanto. 2008. Pengetahuan Tari. Surakarta: ISI Press Solo dan CV Cendrawasih.
Authors
Copyright (c) 2019 Welly Suryandoko

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Hak Cipta
Stilistika: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra by FKIP UMSurabaya diatur lisensinya dibawah Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional.
Penulis mempertahankan seluruh haknya atas artikel yang diterbitkan jurnal ini, seperti (namun tidak terbatas pada) hak cipta dan hak kepemilikan lainnya yang berkaitan dengan artikel tersebut, seperti hak paten; hak untuk menggunakan substansi artikel dalam karyanya di masa depan, termasuk ceramah dan buku; hak untuk memperbanyak artikel untuk keperluan sendiri, hak untuk mengarsipkan sendiri artikel tersebut; hak untuk mengadakan pengaturan kontrak tambahan yang terpisah untuk distribusi non-eksklusif dari versi terbitan artikel (misalnya, mempostingnya ke repositori institusi atau menerbitkannya dalam buku), dengan pengakuan atas publikasi awalnya di jurnal ini.
Lisensi
Setiap karya yang ditulis penulis dilisensi dengan Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional