PENATALAKSANAAN PROGRAM TERAPI FISIK DADA PADA KASUS PNEUMOTORAKS YANG DISEBABKAN OLEH TUBERKULOSIS PARU
Abstrak
Pneumotoraks disebabkan oleh tuberkulosis paru merupakan suatu komplikasi. Keadaan ini terdapat pada proses pneumotoraks spontan sekunder dimana terjadi ruptur lesi paru yang terletak dekat permukaan pleura sehingga udara inspirasi memperoleh akses ke rongga pleura. Problem yang terjadi pada penderita pneumotoraks yang disebabkan oleh tuberkulosis paru diantaranya sesak nafas, penurunan mobilitas atau daya kembang dari sangkar toraks, postur yang buruk, pola nafas yang tidak normal dengan gerakan dada saat bernafas asimetris, terjadi spasme pada otot-otot bantu pernafasan, terjadi penurunan kekuatan otot, serta penurunan endurance berupa penurunan toleransi aktivitas.
Tindakan yang harus dilakukan oleh fisioterapi pada pasien yang mengalami pneumotoraks yang disebabkan oleh tuberkulosis paru adalah dengan memberikan program terapi fisik dada diantaranya breathing exercise dengan menggunakan teknik breathing control, purse-lip breathing, deep breathing, dan segmental breathing, serta latihan mobilisasi sangkar toraks. Selain terapi fisik dapat ditambahkan pula program latihan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien untuk menangani permasalahan yang dialami pasien, program yang dapat ditambahkan diantaranya massase pada otot-otot bantu pernafasan yang mengalami spasme, koreksi postur, latihan gerak aktif pada anggota gerak atas dan bawah, latihan penguatan otot (strengthening) pada anggota gerak atas dan bawah , latihan endurance, serta edukasi pasien. Program latihan fisioterapi yang diberikan kepada pasien tersebut akan memberikan dampak yang baik bagi kesembuhan pasien dan dapat meningkatkan kemandirian pasien sehingga pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan semandiri mungkin.
Hasil yang didapat setelah pasien melakukan program fisioterapi sebanyak 6 adalah pasien tidak lagi merasakan sesak nafas, terjadi peningkatan oksigenasi dan kapasitas fungsional paru, gerakan nafas dada sisi kiri dan kanan sudah lebih simetris, spasme pada otot sternocleidomastoideus, upper trapezius, dan pectoralis major berkurang, mobilitas sangkar toraks meningkat dimana sebelumnya selisih pada ketiga area yang diukur sebesar 2cm bertambah menjadi 3,5cm pada ketiga area tersebut tetapi nilai mobilitas sangkar toraks masih kurang dari angka normal yaitu 4-7cm, postur pasien menjadi lebih baik, tes faal paru sederhana meningkat dimana terdapat peningkatan hasil tes hitung yang sebelumnya pasien mampu menghitung hingga 20 menjadi hingga 23 tetapi nilai hasil hitung masih dibawah nilai normal 25, terdapat peningkatan penggunaan trifflo yang sebelumnya pasien hanya mampu menghisap sebanyak 5 kali hingga 2 bola terangkat selama 2 detik, kini pasien mampu menghisap sebanyak 10 kali hingga 2 bola terangkat dan bola ketiga sedikit terangkat selama 6 detik, serta tes indeks barthel menunjukan kemajuan dimana sebelumnya pasien hanya memiliki nilai total 15, kini pasien lebih mandiri dengan jumlah nilai 19 tetapi masih dalam kategori ketergantungan ringan.
Artikel teks lengkap
Referensi
Alsagaff, Hood. 2005. Ilmu Penyakit Pleura : Surabaya. Airlangga University Press
Amrohit,G.2010.The Pocketbook of Chest Physiotherapy.USA:Jiltendar
Cuccurullo, S. 2004. Physical Medicine and Rehabilitation. London: Year Book medical
Kisner,C and Coyby, L.A. 2007. Therapeutic Exercise Fondations and Technique, Fifth Edition. Philadelphia: E.A Davis Company
Rab,Tabrani.2010.Penyakit Pleura.Jakarta:Penerbit Buku Kesehatan.
Swidarmoko Boedi dan Susanto Agus Dwi, 2010. Pulmonologi Intervensi dan Gawat Darurat Napas. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.