Kepemimpinan Pendidikan di Pesantren

Authors

  • M. Faizul Husnayain Faculty Of Islamic Studies, Muhammadiyah Surabaya University

DOI:

https://doi.org/10.30651/td.v5i2.936

Abstract

Kepemimpinan dalam Islam ini sudah ada dan berkembang, tepatnya
pasca Rasulullah SAW wafat.Wacana kepemimpinan ini timbul karena
sudah tidak ada lagi Rasul atau nabi setelah Nabi Muhammad SAW
wafat. Dalam firman allah SWT dikatakan bahwa al-qur’an itu sudah
bersifat final dan tidak dapat diubah-ubah lagi. Sehingga Rasulullah
SAW adalah pembawa risalah terakhir dan penyempurnaan dari risalah-
risalah sebelumnya. Pesantren sebagai tempat pendidikan agama
memiliki basis sosial yang jelas, karena keberadaannya menyatu dengan
masyarakat. Pada umumnya, pesantren hidup dari, oleh, dan untuk
masyarakat. Visi ini menuntut adanya peran dan fungsi pondok
pesantren yang sejalan dengan situasi dan kondisi masyarakat, bangsa,
dan negara yang terus berkembang. Karakteristik pondok pesantren
yakni adanya kyai, ada santri, ada masjid dan ada pondok/asrama.
keberhasilan kyai dalam melakukan pengelolaan pesantren, salah
satunya karena kyai menjunjung tinggi nilai-nilai, budaya maupun
keyakinan. Sikap otokrasi biasanya dilakukan oleh kyai saat beliau
menjadi seorang pemimpin pesantren yang lebih menekankan pada nilai-
nilai keagamaan, misalnya: Pembelajaran yang bersifat kyai-centered.
Seorang kyai melihat para santrinya belum matang secara intelektual
maupun emosionalnya, sehingga perlu dibimbing dalam belajar. Adapun
metode pembelajaranya, biasa disebut dengan metode sorogan atau
bandongan dimana kyai mempunyai kekuasan tinggi dalam
mengajarkannya, bahkan “haram†bagi santri untuk membantahnya.

Published

2017-11-16

Issue

Section

Editorials